Jumat, 05 Agustus 2022

Menuju Ekonomi Hijau, APRIL Group Pelopori Adopsi Energi Bersih Terbarukan

DALAM upaya ikut mengurangi emisi karbon, sektor bisnis dan industri perlu mulai secara berangsur meninggalkan energi berbasis fosil dan beralih kepada energi bersih dan terbarukan. 

Foto: smart-energy.com.

Selama setengah abad terakhir, temperatur Bumi telah meningkat lebih cepat daripada yang diperkirakan. Penyebabnya adalah terus bertambahnya gas rumah kaca di atmosfer. Terjadinya peningkatan temperatur Bumi kemudian melahirkan perubahan iklim dan memicu munculnya sejumlah bencana ekologis seperti banjir bandang, longsor, kekeringan ekstrem, kebakaran hutan hingga badai dahsyat,  dan puting beliung. 

Sebagai persoalan global, perubahan iklim dengan berbagai konsekwensi yang ditimbulkannya, akan berimbas pada banyak sektor kehidupan. Tak terkecuali sektor  bisnis dan industri. 

Lantas, bagaimana kalangan bisnis dan industri harus merespons perubahan iklim ini? Kontribusi apa yang dapat diberikan dalam upaya membangun dan menjalankan usaha yang mengedepankan aspek keberlanjutan alias sustainability? 

Setidaknya terdapat dua tantangan yang dihadapi para pengelola bisnis dan industri dalam kaitannya dengan perubahan iklim. 

Tantangan pertama yaitu bagaimana mereka mampu menjaga agar bisnis dan industri mereka tetap mampu berjalan dengan baik di tengah kemungkinan-kemungkinan risiko bencana terkait iklim. 

Jika tidak diantisipasi dengan baik, kemunculan bencana ekologis terkait perubahan iklim dapat saja mengganggu operasional dan kinerja sektor bisnis dan industri. Sekadar ilustrasi, bencana seperti banjir ataupun longsor, misalnya, dapat mengganggu jadwal pengiriman bahan baku, ataupun mengganggu pelaksanaan proses produksi. Begitu juga dengan jadwal proyek bisnis yang sedang dan akan dilaksanakan dapat terganggu. 

Tantangan kedua yakni bagaimana bisnis dan industri sebagai entitas yang relatif besar dan melibatkan banyak pemangku kepentingan dapat turut mewujudkan apa yang disebut sebagai strategi dekarbonisasi.  

Beralih ke energi bersih

Kita sama-sama tahu, sektor binis dan industri selama ini telah ikut menyumbang emisi karbon antara lain melalui energi yang digunakan untuk berbagai aktivitasnya. Dalam upaya ikut mengurangi emisi karbon ini, sektor bisnis dan industri perlu mulai secara berangsur meninggalkan energi berbasis fosil dan beralih kepada energi bersih dan terbarukan. 

Solar Panel. Foto: aprilasia.com.

Kita mengapresiasi adanya sejumlah grup korporasi di Tanah Air yang telah mulai menginisiasi upaya-upaya dekarbonisasi. Contohnya adalah Asia Pacific Resources International Limited, lebih dikenal dengan nama APRIL Group, yang telah mulai menghasilkan energi sendiri dari sumber-sumber bersih dan terbarukan. 

Dengan mengusung visi pembangunan berkelanjutan bertajuk APRIL2030, perusahaan penghasil pulp dan kertas ini berkomitmen untuk menuju pengurangan emisi gas rumah kaca dengan melakukan substitusi dari bahan bakar berbasis fosil dengan energi bersih dan terbarukan. 

Merujuk pada APRIL 2021 Sustainability Report, sejauh ini APRIL Group telah berhasil memproduksi lebih dari 87 persen kebutuhan energinya dari sumber terbarukan, dan ditargetkan mencapai 90 persen pada tahun 2030 mendatang. 

Sebagai bagian dari program APRIL2030, di tahun 2025 mendatang, APRIL Group bakal melakukan pemasangan 20 megawatt panel surya di Kerinci. Sebelumnya, APRIL Group telah memasang 1 megawatt panel surya pada tahun 2021, dan 10 megawatt panel surya di tahun 2022. 

Saat ini, APRIL Group juga sedang menganalisis kelayakan penggantian peralatan-peralatan pabrik, seperti forklift dan truk kecil, dengan peralatan-peralatan yang dioperasikan dengan listrik, yang tentu saja lebih ramah lingkungan. 

APRIL2030, visi berkelanjutan APRIL Group. Foto: investor.co.id.

Selain itu, APRIL Group juga mendukung upaya-upaya menjaga keanekaragaman hayati, baik di tingkat global maupun di tingkat nasional. Untuk itu, APRIL Group  telah berkomitmen untuk setiap hektare lahan perkebunan komersial yang digarap, perusahaan akan menyisihkan lahan yang sama untuk kepentingan konservasi. Sampai Desember 2021 lalu, APRIL Group mengelola 360.200 hektare hutan alam dan lahan basah di Indonesia untuk melindungi fungsi ekosistem dan melestarikan keanekaragaman hayatinya. 

Apa yang telah diinisiasi oleh APRIL Group ini sudah barang tentu dapat direplikasi oleh sektor-sektor bisnis dan industri lainnya.

Bagaimanapun, upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim memang wajib kita lakukan. Di saat yang sama, strategi matang pengelolaan bisnis dan industri dalam menghadapi perubahan iklim perlu benar-benar disiapkan. Dengan begitu, kendala-kendala yang dapat mengganggu operasional dan kinerja bisnis dan industri dapat diminimalisir. 

Pada sisi lain, sektor bisnis dan industri diharapkan dapat terus berkontribusi secara lebih signifikan dalam menyokong aksi-aksi iklim yang manfaatnya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat dirasakan masyarakat luas, sebagaimana yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh APRIL Group.(djk)***

--

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RISET DAN INOVASI

Mahasiswa UNAIR Ciptakan Inovasi untuk Pencegahan dan Pengendalian Diabetes   Tim mahasiswa Universitas Airlangga [UNAIR], Surabaya, Jawa T...