DALAM upaya ikut mengurangi emisi karbon, sektor bisnis dan industri perlu mulai secara berangsur meninggalkan energi berbasis fosil dan beralih kepada energi bersih dan terbarukan.
Foto: smart-energy.com. |
Sebagai persoalan global, perubahan iklim dengan berbagai konsekwensi yang ditimbulkannya, akan berimbas pada banyak sektor kehidupan. Tak terkecuali sektor bisnis dan industri.
Lantas, bagaimana kalangan bisnis dan industri harus merespons perubahan iklim ini? Kontribusi apa yang dapat diberikan dalam upaya membangun dan menjalankan usaha yang mengedepankan aspek keberlanjutan alias sustainability?
Setidaknya terdapat dua tantangan yang dihadapi para pengelola bisnis dan industri dalam kaitannya dengan perubahan iklim.
Tantangan pertama yaitu bagaimana mereka mampu menjaga agar bisnis dan industri mereka tetap mampu berjalan dengan baik di tengah kemungkinan-kemungkinan risiko bencana terkait iklim.
Jika tidak diantisipasi dengan baik, kemunculan bencana ekologis terkait perubahan iklim dapat saja mengganggu operasional dan kinerja sektor bisnis dan industri. Sekadar ilustrasi, bencana seperti banjir ataupun longsor, misalnya, dapat mengganggu jadwal pengiriman bahan baku, ataupun mengganggu pelaksanaan proses produksi. Begitu juga dengan jadwal proyek bisnis yang sedang dan akan dilaksanakan dapat terganggu.
Tantangan kedua yakni bagaimana bisnis dan industri sebagai entitas yang relatif besar dan melibatkan banyak pemangku kepentingan dapat turut mewujudkan apa yang disebut sebagai strategi dekarbonisasi.
Beralih ke energi bersih
Kita sama-sama tahu, sektor binis dan industri selama ini telah ikut menyumbang emisi karbon antara lain melalui energi yang digunakan untuk berbagai aktivitasnya. Dalam upaya ikut mengurangi emisi karbon ini, sektor bisnis dan industri perlu mulai secara berangsur meninggalkan energi berbasis fosil dan beralih kepada energi bersih dan terbarukan.
Solar Panel. Foto: aprilasia.com. |
Dengan mengusung visi pembangunan berkelanjutan bertajuk APRIL2030, perusahaan penghasil pulp dan kertas ini berkomitmen untuk menuju pengurangan emisi gas rumah kaca dengan melakukan substitusi dari bahan bakar berbasis fosil dengan energi bersih dan terbarukan.
Merujuk pada APRIL 2021 Sustainability Report, sejauh ini APRIL Group telah berhasil memproduksi lebih dari 87 persen kebutuhan energinya dari sumber terbarukan, dan ditargetkan mencapai 90 persen pada tahun 2030 mendatang.
Sebagai bagian dari program APRIL2030, di tahun 2025 mendatang, APRIL Group bakal melakukan pemasangan 20 megawatt panel surya di Kerinci. Sebelumnya, APRIL Group telah memasang 1 megawatt panel surya pada tahun 2021, dan 10 megawatt panel surya di tahun 2022.
Saat ini, APRIL Group juga sedang menganalisis kelayakan penggantian peralatan-peralatan pabrik, seperti forklift dan truk kecil, dengan peralatan-peralatan yang dioperasikan dengan listrik, yang tentu saja lebih ramah lingkungan.
APRIL2030, visi berkelanjutan APRIL Group. Foto: investor.co.id. |
Apa yang telah diinisiasi oleh APRIL Group ini sudah barang tentu dapat direplikasi oleh sektor-sektor bisnis dan industri lainnya.
Bagaimanapun, upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim memang wajib kita lakukan. Di saat yang sama, strategi matang pengelolaan bisnis dan industri dalam menghadapi perubahan iklim perlu benar-benar disiapkan. Dengan begitu, kendala-kendala yang dapat mengganggu operasional dan kinerja bisnis dan industri dapat diminimalisir.
Pada sisi lain, sektor bisnis dan industri diharapkan dapat terus berkontribusi secara lebih signifikan dalam menyokong aksi-aksi iklim yang manfaatnya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat dirasakan masyarakat luas, sebagaimana yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh APRIL Group.(djk)***
--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar