Senin, 22 Februari 2021

Fortifikasi Makanan sebagai Solusi Memutus Mata Rantai Anemia

oleh Djoko Subinarto

FORTIFIKASI makanan merupakan salah satu solusi bagi masalah anemia akibat kurangnya asupan zat besi, baik pada ibu hamil maupun pada anak-anak dan remaja.

Demikian antara lain salah satu kesimpulan dari webinar bertajuk “Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi”, yang digelar oleh Danone Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Nutrition Association, dalam rangka Merayakan Hari Gizi Nasional, awal Februari lalu.

Webinar dibagi dua sesi. Sesi pertama menampilkan nara sumber Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gizi, Sp.GK, dokter spesialis gizi klinik dari Indonesian Nutrition Association (INA). Adapun nara sumber di sesi kedua adalah Arif Mujahidin, yang menjabat sebagai Corporate Communications Director Danone Indonesia.

Seperti kita ketahui, kurangnya asupan zat besi dapat menimbulkan anemia. Anemia sendiri saat ini menjadi salah satu masalah kesehatan di banyak negara berkembang, termasuk di negara kita.

Menurut Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gizi, Sp.GK, anemia adalah kondisi rendahnya kadar Hb dibandingkan dengan kadar normal, yang menunjukkan kurangnya jumlah sel darah merah yang bersirkulasi.

“Anemia dapat diakibatkan karena beberapa faktor seperti asupan zat besi yang rendah, kurangnya asupan vitamin C, konsumsi sumber fitat yang berlebihan, konsumsi sumber tanin seperti kopi atau teh berlebihan, serta diet yang tidak seimbang,” sebutnya.

Diana menerangkan bahwa anemia secara umum dapat dikenali dengan gejala seperti kelopak mata pucat, kulit pucat, tekanan darah rendah, sakit kepala, kelemahan otot serta nafas cepat.

“Kalo anemianya berat dan kronis, maka akan terjadi pembesaran limfa,” jelasnya.

Khusus untuk anak-anak, Diana mengutarakan, gejala anemia antara lain yaitu rewel, tidak nafsu makan, gangguan konsentrasi, gangguan pertumbuhan, cenderung mengantuk dan tidak aktif bergerak.

“Dampak jangka panjangnya, baik bagi anak dan orang dewasa, yaitu daya tahan tubuh dan kebugaran menurun, serta infeksi akan meningkat. Akibatnya, kinerja dan prestasi individu akan menurun,” bebernya.

Diana mengingatkan bahwa anemia merupakan tantangan lintas generasi. Jika tidak ditanggulangi, dikhawatirkan akan memicu malnutrisi dan stunting. 

“Saat ini, masalah stunting di Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 37 persen,” katanya.

Lebih jauh, Diana menjelaskan bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi oleh banyak hal, meliputi kecukupan protein, vitamin, karbohidrat, mineral, termasuk kalsium.

“Namun, yang paling penting, jangan lupa zat besi,” papar Diana, seraya menambahkan bahwa zat besi tidak hanya untuk sel-sel darah merah, tetapi juga untuk pertumbuhan.

Diana kemudian memaparkan bahwa penyebab anemia akibat kurang zat besi pada anak terutama disebabkan antara lain karena anak pilih-pilih makanan (picky eater). 

“Selain itu, asupan makanan yang tidak bervariasi, adanya kondisi tertentu yang menimbulkan gangguan penyerapan serta adanya kondisi yang menyebabkan asupan zat besi rendah, seperti alergi bahan makanan sumber besi heme,” jelas Diana.

Untuk mengatasi masalah anemia akibat kekurangan zat besi di kalangan anak-anak, menurut Diana, diperlukan kerjasama berbagai elemen seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan, sekolah, puskesmas, orangtua, masyarakat dan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang pengentasan anemia. Bentuk konkretnya bisa lewat pemberian makanan tambahan (PMT) yang telah difortifikasi. Misalnya saja, pemberiaan makanan tambahan seperti susu tumbuh kembang (susu pertumbuhan) untuk anak-anak yang telah difortifikasi dengan zat besi.  

Di akhir paparannya, Diana menegaskan bahwa solusi anemia defisiensi zat besi yaitu pastikan asupan gizi seimbang.

“Bila asupan didominasi sumber besi non-heme, pastikan dikonsumsi bersama unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi yaitu vitamin C. Fortifikasi makanan merupakan salah satu solusi bagi masalah kurangnya asupan zat besi, baik itu melalui tepung terigu/beras, biskuit atau susu,” saran Diana.

Sementara itu, di sesi kedua webinar, Corporate Communications Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, menjelaskan bahwa melalui misi One Planet One Health, Danone bertekad menjadi perusahaan terdepan dalam menggelorakan gerakan untuk memelihara penerapan kebiasaan makan dan minum yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Dijelaskan Arif bahwa makanan dan minuman berperan vital bagi kesehatan, baik untuk masa kini dan untuk masa depan.

“Karena itu, Danone berupaya meningkatkan kualitas nutrisi produk-produknya. Danone berinovasi untuk menciptakan dan mempromosikan makanan alternatif yang lebih sehat,” ungkap Arif.

Tak itu saja. Arif menjelaskan bahwa Danone, yang telah merintis usahanya di Indonesia sejak tahun 1954, juga menginspirasi kebiasaan yang lebih sehat melalui sejumlah program dan layanan untuk masyarakat.

Dalam pencegahan stunting, misalnya, Danone Indonesia meluncurkan program bertajuk Bersama Cegah Stunting Terpadu Berkelanjutan.

“Ini upaya pencegahan stunting Danone Indonesia yang mengintegrasikan program unggulan untuk mendukung intervensi nutrisi yang spesifik dalam mengurangi stunting di Indonesia. Program ini didukung penuh oleh mitra utama, baik dari pemerintah dan organisasi-organisasi terkemuka,“ papar Arif.

Selain itu, Danone Indonesia juga menggandeng FKUI dan Kementerian Desa menggelar program Aksi Cegah Stunting. 

“Program ini berhasil menurunkan stunting sekitar 4,3 persen dalam 6 bulan. Programnya telah direplikasi di sejumlah daerah,” terang Arif.

Program lain yang diinisiasi Danone Indonesia, sambung Arif, yaitu Isi Piringku. Program ini untuk mempromosikan gizi seimbang dan gaya hidup sehat bagi anak usia 4-6 tahun melalui guru dan orangtua. 

Arif menyebut program Isi Piringku sudah dilakukan di 8 provinsi dan menjangkau 4.000 guru, 40.000 lebih siswa PAUD, serta 44.000 ibu.

“Ada pula program Ayo Minum Air atau AMIR, yang telah diikuti 745.764 siswa SD, 1.225.000 anak PAUD di 5 provinsi dan melibatkan 1.260.000 kader PKK. Kemudian program Warung Sehat, yang telah melibatkan 234 agen Warung Sehat, 300 guru aktif, 6.000 ibu, serta 27.000 anak,” papar Arif. 

Melengkapi program-program tersebut, Arif menambahkan, Danone Indonesia juga menggelar program Generasi Sehat Indonesia (GESID), Taman Pintar, dan Duta 1.000 Pelangi.

Menurut Arif, program-program yang dilakukan Danone Indonesia tersebut merupakan bagian dari komitmen perusahaan itu terhadap bisnis dan sosial yang dijalankan secara bersama-sama.

"Karena kami yakin kalau perusahaan hanya memikirkan bisnis dan tidak memikirkan masyarakat, maka itu juga tidak baik bagi perusahaan karena ke depannya kita harus tumbuh bersama," pungkas pria yang masuk jajaran "Top 40 PR Persons" di Indonesia menurut Iconomics Research ini.***

--





RISET DAN INOVASI

Mahasiswa UNAIR Ciptakan Inovasi untuk Pencegahan dan Pengendalian Diabetes   Tim mahasiswa Universitas Airlangga [UNAIR], Surabaya, Jawa T...