Jumat, 07 Februari 2020

Mengkaji Komunikasi lewat Metode Kualitatif

JUDUL BUKU: Penelitian Komunikasi Kualitatif.
PENULIS: Pawito, Ph.D.
PENERBIT: LKiS, Yogyakarta, 2007.
TEBAL: 308 halaman.

BISA dikatakan, komunikasi telah menjadi panglima kehidupan dewasa ini. Manusia sudah sangat bergantung pada bentukan komunikasi. Tidak ada satu pun bagian kehidupan manusia yang tidak lepas dari komunikasi. Karenanya, bidang-bidang komunikasi seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa serta komunikasi budaya menjadi menarik untuk terus dikaji.

Kajian mengenai komunikasi sendiri bersifat lintas disiplin ilmu (interdiciplinary) lantaran aktivitas komunikasi pada kenyataannya telah merambah semua ranah kehidupan seperti psikologi, sosial, politik, ekonomi, seni-budaya, sejarah, etika, estetika dan filsafat.

Sifat lintas disiplin ilmu ini pada gilirannya memunculkan pendekatan yang berbeda-beda dalam kajian komunikasi. Sejauh ini paling tidak terdapat tujuh pendekatan kajian komunikasi yaitu retorika, semiotika, fenomenologis, kibernetik, sosiopsikologik, sosiokultural dan kritik.

Persoalannya, pendekatan yang dipilih dalam melakukan kajian komunikasi membawa konsekwensi pada penetapan bentuk metode kajian, yaitu apakah menggunakan kajian komunikasi kuantitatif atau menggunakan kajian komunikasi kualitatif.

Menurut Pawito, Ph.D, yang menulis buku bertajuk “Penelitian Komunikasi Kualitatif” ini, terdapat beberapa perbedaan mendasar antara penelitian komunikasi kuantitatif dan penelitian komunikasi kualitatif. Beberapa perbedaan itu antara lain:

Pertama, penelitian kuantitatif  berorientasi pada varibel-varibel tertentu, sementara pada penelitian kualitatif berorientasi pada kasus dan konteks.

Kedua, penelitian kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, memprediksi dan mengontrol gejala serta menguji teori, sedangkan penelitian kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran atau pemahaman mengenai gejala atau membuat teori.

Ketiga, penelitian kuantitatif cenderung bersifat linear dan kaku dengan berangkat dari kategorisasi yang digunakan, sementara penelitian kualitatif bersifat siklis dan fleksibel serta sangat memerhatikan konteks yang ada bertalian dengan kategori-kategori yang digunakan.

Keempat, prosedur penelitian kuantitatif bersifat rigid, objektif dan menggunakan kaidah etik, sedangkan prosedur penelitian kualitatif kerap bersifat eklektik, subjektif dan cenderung interpretatif.

Selaras dengan judulnya, sudah barang tentu, buku mungil karya Pawito ini menguraikan segala hal yang terkait dengan penelitian komunikasi kualitatif. Lewat buku setebal 308 halaman dan terdiri dari empat bab ini, Pawito, yang juga adalah dosen pada  Jurusan Ilmu Komunikasi dan Program Pascasarjana Fisip Universitas Sebelas Maret, Surakarta, pertama-tama memaparkan ihwal apa sesungguhnya kajian komunikasi kualitatif, kemudian bagaimana kita melakukan penelitian komunikasi kualitatif serta bagaimana menerapkan penelitian kualitatif tersebut.

Selain itu, di buku ini diuraikan pula antara lain bagaimana kita harus menyusun topik penelitian, membuat rancangan penelitian, membuat kajian pustaka hingga menetapkan metodologi penelitian.

Untuk melengkapi paparannya, Pawito menyodorkan beberapa contoh penelitian kualitatif yang pernah dilakukannya sehingga pembaca buku dapat melihat secara jelas bagaimana persisnya penelitian kualitatif tersebut diterapkan.

Meski agak berat, secara keseluruhan, isi buku terbitan LKiS Yogyakarta ini layak sekali dibaca oleh mereka yang menaruh minat pada kajian komunikasi, khususnya yang terkait dengan kajian berbagai fenomena komunikasi dengan menggunakan penelitian komunikasi kualitatif.(djk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RISET DAN INOVASI

Mahasiswa UNAIR Ciptakan Inovasi untuk Pencegahan dan Pengendalian Diabetes   Tim mahasiswa Universitas Airlangga [UNAIR], Surabaya, Jawa T...