Jumat, 07 Februari 2020

Memahami Agroekosistem Tatar Sunda

Berdasarkan sejumlah catatan tertulis, sistem sawah muncul pertama kali di daerah Sumedang dan lantas meluas ke daerah dataran rendah Bandung yakni di sekitar kawasan Rancaekek.

JUDUL BUKU: Agroekosistem Orang Sunda.
PENULIS: Johan Iskandar dan Budiwati S Iskandar.
PENERBIT: Kiblat Buku Utama, Bandung.
CETAKAN: pertama, Desember 2011.
TEBAL: 246 halaman.

DITILIK dari lokasinya, kawasan Tatar Sunda di masa silam meliputi seluruh wilayah di bagian barat Pulau Jawa. Namun, sejak awal tahun 2000-an, kawasan barat Jawa Barat yang berbatasan dengan kawasan Bogor ke arah barat sampai ujung Pulau Jawa bagian barat yang bagian selatannya dibatasi oleh Lautan Hindia dan bagian utaranya dibatasi oleh Laut Jawa, secara administratif dijadikan sebuah provinsi baru, yaitu Provinsi Banten. Etnis Sunda sendiri termasuk salah satu etnis terbesar kedua di Indonesia setelah etnis Jawa.

Di masa lalu, rumah-rumah orang Sunda senantiasa memberi kesan seakan-akan setiap waktu mereka akan berpindah ke tempat lain, seperti layaknya orang-orang nomad (Adiwilaga, 1975). Kecenderungan sifat untuk nomaden orang Sunda ini berkait erat dengan mata pencaharian utama mereka di masa lampau yaitu sebagai peladang berpindah-pindah.

Patut dicatat, hingga tahun 1750, orang Sunda sama sekali tidak mengenal cara bercocok tanam padi melalui sistem sawah. Barulah setelah orang-orang Jawa datang ke Tatar Sunda dan mengenalkan sistem sawah, maka lambat laun orang Sunda mulai mempraktikkan bercocok tanam padi melalui sistem sawah.

Berdasarkan sejumlah catatan tertulis, sistem sawah muncul pertama kali di daerah Sumedang dan lantas meluas ke daerah dataran rendah Bandung yakni di sekitar kawasan Rancaekek.

Pada perkembangan selanjutnya, dari dua sistem bercocok tanam padi tersebut kemudian lahirlah sistem-sistem bercocok tanam lainnya yaitu sistem talun-kebun, sistem kebun-sayur dan sistem pekarangan. Semua sistem tersebut akhirnya membentuk sebuah kesatuan yang saling menunjang dan menjadikan sistem usaha tani masyarakat Sunda sangat unik dan khas.

Keunikan dan kekhasan sistem usaha tani masyarakat Sunda inilah yang coba diuraikan dan dianalisis oleh Johan Iskandar dan Budiwati S Iskandar  lewat karyanya bertajuk "Agroekosistem Orang Sunda".

Secara umum, agroekosistem merujuk kepada sebuah sistem usaha tani yang dipengaruhi oleh sistem ekologi, sistem ekonomi, sistem sosial serta sistem budaya yang kompleks.

Terdapat lima bab khusus dalam buku setebal 246 halaman ini yang secara rinci mengupas soal agroekosistem yang terdapat dalam masyarakat Sunda, yaitu mulai dari sistem agroekosistem ladang, agroekosistem sawah, agroekosistem talun-kebun, agroekosistem kebun-sayur dan agroekosistem pekarangan. Tiga bab lainnya mengupas soal kaitan antara agroekosistem dan etnopertanian, bagaimana orang Sunda berinteraksi dengan lingkungannya serta perubahan dan masa depan agroekosistem masyarakat Sunda.

Barangkali salah satu kekuatan buku ini adalah penyusunannya yang tidak hanya bersandar pada kajian kepustakaan semata, melainkan juga bersandar pada hasil sejumlah kajian langsung penulis buku ini di lapangan.

Sebagaimana diketahui, baik Johan Iskandar maupun Budiwati S Iskandar, selain mengajar di perguruan tinggi, juga banyak terlibat dalam berbagai penelitian seputar masalah pertanian dan antropologi.

Dalam kondisi langkanya buku-buku tentang agroekosistem di negeri ini, buku terbitan Kiblat Buku Utama ini bisa menjadi salah satu rujukan penting bagi para akademisi, pengambil kebijakan maupun masyarakat umum untuk memahami ihwal beberapa aspek sejarah perkembangan sistem usaha tani dan praktik-praktik usaha tani orang Sunda.(djk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RISET DAN INOVASI

Mahasiswa UNAIR Ciptakan Inovasi untuk Pencegahan dan Pengendalian Diabetes   Tim mahasiswa Universitas Airlangga [UNAIR], Surabaya, Jawa T...