HARAPAN dan optimisme harus terus kita rawat dalam menghadapi pandemi corona (COVID-19) yang berkepanjangan hingga saat ini, sembari terus berikhtiar agar pandemi ini dapat segera usai.
Foto: @enambelaspas |
Hingga hari ini, pandemi COVID-19 masih belum enyah. Itulah faktanya. Tak pernah kita bayangkan sebelumnya bahwa kita akhirnya dibelenggu oleh pandemi, yang telah berlangsung hampir dua tahun ini.
Awalnya, banyak orang memandang remeh virus corona. Di akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 silam, tatkala wabah corona mulai merebak di Tiongkok dan beberapa negara lainnya, tak sedikit kalangan di negeri ini merasa sangat yakin bahwa virus ini tak akan menjadi wabah di Indonesia.
Bahkan, ketika akhirnya virus ini masuk ke Indonesia, masih banyak yang percaya bahwa wabah tak akan berlangsung lama. Banyak kalangan yang meyakini waktu itu bahwa Agustus 2020, pandemi COVID di negeri ini usai dan kehidupan kembali berjalan normal.
Toh realitanya, hingga memasuki Oktober 2021, pandemi masih berlangsung. Kapan pandemi akan berakhir? Kapan kehidupan kita kembali normal? Kapan kita benar-benar merdeka dari belenggu virus COVID-19?
Di era kesejagatan dan kesalingbergantungan seperti sekarang ini, sejatinya nyaris tak ada satu pun negara yang benar-benar bisa kebal dari serangan satu wabah penyakit menular. Bagaimanapun, kita tidak hidup menyendiri. Begitu satu wabah penyakit menular menyerang satu wilayah, kemungkinan penyakit itu menyebar dan menjadi pandemi di negara kita akan selalu terbuka. Karenanya, kita mesti senantiasa waspada dan siap mengambil langkah-langkah preventif yang terukur untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang bakal terjadi.
Corona boleh jadi bukan wabah yang terakhir. Penyakit-penyakit menular lain akibat virus maupun bakteri dapat saja menyusul menjadi wabah sebagaimana COVID-19 sekarang ini.
Lantas, perlukah kita pesimistik? Setiap penggal peristiwa yang datang menghampiri kita selalu dapat kita lihat dari dua sisi yang berbeda, yakni optimisme dan pesimisme. Maka, dalam setiap jengkal kehidupan yang kita lakoni akan selalu melahirkan sekurangnya dua kubu yang berbeda -- mereka yang berselimut optimisme dan mereka yang berselimut pesismisme.
Sudah barang tentu, kita tidak boleh sama sekali merasa pesimistik dalam menghadapi setiap persoalan yang datang ke hadapan kita, seberat apa pun persoalan itu. Sikap serta pandangan optimistik justru senantiasa paling kita butuhkan. Oleh karena itu, kita dituntut mampu memelihara sikap dan pandangan optimistik.
Dengan memiliki sikap dan pandangan optimistik, individu akan lebih mampu melahirkan pelbagai pemikiran serta ide positif cemerlang, yang pada gilirannya akan membantunya menghasilkan inovasi-inovasi serta solusi-solusi atas aneka persoalan hidup yang datang menghampiri.
Selain itu, sikap serta pandangan optimistik juga akan menerbitkan harapan berikut keyakinan diri dalam menghadapi aneka tantangan dan persoalan -- seberat apa pun. Optimism is the faith that leads to achievement. Nothing can be done without hope and confidence, demikan pernah dikatakan Helen Adams Keller (1880 1968).
Menghadapi belitan pandemi virus corona, kita tak cukup cuma berandai-andai dan sekaligus membayangkan pandemi pergi dan kita berandai-andai serta membayangkan pula berbagai hal yang akan kita lakukan -- entah itu sendirian, bersama kawan, kerabat ataupun bersama keluarga kita.
Menghadapi pandemi yang masih berlangsung hingga hari ini, kita membutuhkan orang-orang yang memiliki sikap dan pandangan optimistik, yakni mereka yang melihat pandemi ini sebagai tantangan yang mesti diupayakan solusinya. Bukan mereka yang melihat pandemi ini sekadar masalah dan lalu kemudian berandai-andai masalah ini segera pergi, segera berakhir.
Oleh sebab itu, kita wajib memberi apresiasi yang setinggi-tingginya kepada mereka yang masih memelihara sikap dan pandangan optimisme dengan terus berjuang, terus berikhtiar, sesuai kemampuan, peran dan tanggung jawab masing-masing. Misalnya saja, para ilmuwan yang tak lelah-lelahnya bekerja keras siang-malam di laboratorium melakukan berbagai penelitian serta eksperimen demi menemukan pelbagai formula jitu vaksin virus corona.
Begitu juga para petugas medis maupun relawan yang bekerja all-out di lapangan. Pun mereka para pengambil kebijakan yang berpikir demikian keras memformulasikan sejumlah kebijakan untuk menanggulangi pandemi ini.
Apresiasi perlu pula kita berikan kepada kalangan kampus perguruan tinggi yang secara aktif ikut memberi sumbangsih nyata, melalui pelbagai program dan kegiatannya, dalam ikut menanggulangi pandemi beserta dampaknya.
Tak dapat kita mungkiri, gara-gara pandemi corona, kita semua, tanpa terkecuali, dihadapkan pada kesulitan yang tidak kecil.
Akan tetapi, sekali lagi, sikap dan pandangan optimisme perlu terus kita pelihara sembari terus melakukan berbagai upaya. Harapan, sekecil apa pun, selalu ada. Orang Inggris suka bilang, every cloud has a silver lining. Di balik setiap awan kelabu, niscaya tersimpan segurat cahaya terang.
Saat ini, kasus positif COVID-19 di Indonesia menunjukkan tanda-tanda melandai, di mana tambahan kasus baru cenderung menurun. Menurut satuan Tugas Penanganan COVID-19, seperti dikutip CNN Indonesia, tambahan kasus Covid-19 mulai turun dalam kurun Agustus-Oktober 2021. Rinciannya, pada pekan pertama Agustus atau 1-7 Agustus, total kasus positif sebesar 229.598.
Penurunan terjadi pada periode 8-14 Agustus dengan total 193.925 kasus dalam sepekan. Kemudian 15-21 Agustus sebesar 133.507 kasus, 22-28 Agustus sebesar 99.356 kasus, 29 Agustus-4 September sebesar 57.213 kasus, 5-11 September sebesar 40.115 kasus.
Selanjutnya total positif COVID-19 pada 12-18 September turun drastis menjadi 24.797 kasus, 19-25 September sebanyak 17.724 kasus, 26 September-2 Oktober sebanyak 11.889 kasus.
Kemudian sepanjang 3-9 Oktober, akumulatif kasus COVID-19 di Indonesia turun di bawah 10 ribu, tepatnya 8.896 kasus.
Secara total, sejak temuan pertama diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu, kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai 4.227.932 orang.
Dari jumlah itu, sebanyak 4.060.851 orang dinyatakan pulih, 24.430 orang menjalani perawatan di rumah sakit dan isolasi mandiri, sementara 142.651 lainnya meninggal dunia.
Semoga saja tren penurunan kasus COVID ini dapat terus terjaga. Maka, dibarengi tekad, usaha maupun doa, kita letakkan asa bahwa pandemi ini, cepat atau lambat, akan pergi. Dan kita semua bangkit bersama, kembali melakoni kehidupan senormal-normalnya.***
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar