Selasa, 13 September 2022

Jadilah Nasabah Bijak agar Terhindar dari 'Phishing' yang Bisa Bikin Rekening Kalian Kering Kerontang

TEKNOLOGI ikut berkontribusi pada proses evolusi dalam cara kita menerima layanan keuangan dan perbankan. Sekarang ini, dengan cukup mengklak-klik tetikus (mouse) komputer atau memijat-mijit aplikasi di gadget, kita langsung bisa mendapatkan akses ke beragam layanan jasa keuangan dan perbankan secara online.

Sumber gambar: bri.co.id.
Sungguh berbeda dengan beberapa puluh tahun lampau. Sekarang, untuk membuka rekening, misalnya, nasabah tidak perlu repot-repot datang menemui bagian layanan pelanggan (customer service) bank. Cukup menggunakan ponsel atau komputer serta koneksi internet dan kemudian mengakses aplikasi digital yang telah disediakan, pembukaan rekening dapat segera dilakukan. 

Contohnya untuk hal tersebut adalah layanan Digital Saving BRI. Lewat layanan yang dapat diakses secara online, para calon nasabah bisa melakukan registrasi tabungan BRI dalam waktu kurang dari 10 menit. Setiap calon nasabah dapat memilih salah satu dari empat jenis rekening BRI online, yakni Tabungan BRI BritAma, BritAma X, dan BritAma Bisnis yang digunakan sebagai withdrawal rekening para investor maupun trader.

Banyak analis berpendapat, peluang pertumbuhan layanan keuangan dan perbankan secara digital di negeri ini di masa depan cukup besar seiring terus meningkatnya aktivitas online masyarakat kita. Bagi masyarakat sendiri, kemunculan layanan keuangan dan perbankan digital akan semakin memudahkan mereka dalam mengakses layanan jasa keuangan maupun perbankan dari mana saja dan kapan saja. 

Selama ini, tidak sedikit masyarakat kita, terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang kesulitan menjangkau layanan keuangan dan perbankan konvensional. Dengan dapat diaksesnya layanan keuangan dan perbankan secara online, kesulitan semacam itu dapat teratasi.  Dengan demikian, keadilan dalam hal akses layanan jasa keuangan dan perbankan yang mudah dan cepat bagi semua lapisan masyarakat pun dapat terwujud.

Akan tetapi, di balik kemudahan dan kecepatan layanan keuangan dan perbankan sekarang ini, terdapat pula sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. Pasalnya, kemajuan teknologi digital ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, ia membawa sejumlah kemudahan bagi kita, tapi di sisi lain, ia juga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab untuk melakukan sejumlah tindak kriminal. 

Tak bisa kita mungkiri, kecanggihan teknologi tidak otomatis membuat segalanya menjadi benar-benar aman. Secanggih apa pun teknologi, selalu saja ada celah yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki niat jahat. Oleh sebab itu, sebagai nasabah, kita wajib menjadi nasabah bijak dan selalu waspada agar terhindar dari bentuk-bentuk kejahatan yang memanfaatkan kemajuan teknologi.

Di antara sekian banyak bentuk kejahatan di sektor keuangan dan perbankan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi, phishing adalah salah satunya yang paling sering terjadi dewasa ini.

Dikutip dari laman phishing.orgphishing pada dasarnya adalah kejahatan dunia maya di mana target dihubungi melalui e-mail, telepon, atau pesan teks oleh seseorang yang menyaru sebagai institusi yang sah untuk membujuk/meminta target agar memberikan data-data sensitif seperti informasi pengenal pribadi, detil kartu kredit maupun data-data perbankan lainnya, termasuk kata sandi.

Informasi-informasi yang didapat kemudian digunakan untuk mengakses akun penting dan dapat mengakibatkan pencurian identitas dan kerugian finansial.

Menurut analisis yang dilakukan Kaspersky, di Asia Tenggara, Filipina mencatat angka tertinggi terkait korban yang terkena upaya phishing pada tahun 2021, dengan angka 9,9 persen. Diikuti kemudian oleh Malaysia (8,49 persen), Thailand (7,93 persen), Indonesia (7,70 persen), Vietnam (7,45), dan Singapura (3,30 persen).

Dalam soal volume serangan phishing yang menyasar transaksi keuangan, Filipina juga mencatat angka paling tinggi, yakni 68,95 persen. Diikuti kemudian oleh Indonesia (65,90 persen), Singapura (55,67 persen), Thailand (55,63 persen), Malaysia (50,58 persen), dan Vietnam (36,12 persen).

Sumber Kaspesky via inquirer.net.
Merujuk pada data dari Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), terdapat sekurangnya 3.280 kasus phishing sepanjang Januari-Maret 2022. Dari jumlah kasus phishing sebanyak itu, 50 persennya menyasar sektor keuangan, 27 persen menyasar sektor e-commerce, dan 11 persen menyasar sektor pengelolaan asset kripto. 

Kiat terhindar dari phishing

Siapa pun yang menggunakan internet atau telepon untuk mengakses layanan keuangan dan perbankan secara online dapat menjadi target pelaku phishing.Jika sembrono atau tidak berhati-hati dalam aktivitas online, para pelaku phishing dapat saja dengan mudah menemukan sejumlah informasi diri kalian, seperti nomor telepon, alamat e-mail atau user ID medsos.

Begitu informasi-informasi seputar diri kita dikantongi pelaku phishing, maka bukan hanya diri diri kita saja yang dapat menjadi target phishing, tetapi juga kawan atau kerabat kita bisa menjadi sasaran phishing pula. Misalnya, pelaku phishing dapat mengirim pesan ke orang-orang yang kalian kenal dengan pesan phishing yang tampaknya seolah-olah berasal dari diri kalian.

Sumber Kaspersky via inquirer.net. 
Agar terhindar menjadi target phishing, Kaspersky memberi beberapa kiat sebagai berikut.

1. Gunakan akal sehat sebelum menyerahkan informasi sensitif

Saat tiba-tiba kalian mendapatkan sebuah notifikasi atau peringatan, katakanlah, dari bank maupun lembaga lainnya, jangan pernah langsung mengklik tautan yang dikirimkan. Sebagai gantinya, buka jendela perambah (browser) kalian dan lalu ketik alamat tautan ke bidang URL sehingga kalian dapat memastikan laman web itu benar-benar milik bank atau lemabag tersebut atau bukan.

2. Lakukan konfirmasi secara langsung

Sebagian besar perusahaan terkemuka tidak akan meminta informasi pengenal pribadi atau detil akun, melalui e-mail. Ini termasuk bank yang kalian gunakan, perusahaan asuransi, serta perusahaan mana pun yang berhubungan dengan kalian. Jika kalian pernah menerima e-mail yang meminta semua jenis informasi akun, segera hapus dan hubungi perusahaan/lembaga bersangkutan untuk melakukan konfirmasi secara langsung.

3. Hindari membuka lampiran

Jangan membuka lampiran dalam e-mail yang mencurigakan atau aneh, terutama lampiran dalam bentuk Word, Excel, PowerPoint, atau PDF. Begitu pula hindari mengklik tautan yang disematkan di e-mail setiap saat, karena ini dapat mengandung malware. Berhati-hatilah pula saat menerima pesan dari vendor atau pihak ketiga. Sekali lagi, jangan pernah mengklik URL yang disematkan di pesan asli. Seperti telah disebutkan di muka, kunjungi situs web secara langsung dengan mengetikkan alamat URL yang benar untuk memverifikasi permintaan, dan tinjau kebijakan serta prosedur kontak vendor untuk meminta informasi.

4. Perbarui perangkat

Selalu perbarui perangkat lunak dan sistem operasi (OS) kalian. Produk OS Windows kerap menjadi target phishing dan serangan berbahaya lainnya, jadi pastikan perangkat yang kalian gunakan aman dan up to date. Terutama bagi mereka yang masih menjalankan OS yang lebih usang dari Windows 10.

Di luar apa-apa yang disarankan oleh Kaspersky tersebut, ada baiknya pula kalian bergabung dengan komunitas #NasabahBijak, sebuah komunitas yang menjadi penyuluh digital dengan tujuan untuk memberikan literasi keuangan kepada masyarakat Indonesia mengenai bagaimana mengelola uang, melunasi hutang, memahami suku bunga, asuransi, tabungan pensiun, pajak, serta produk keuangan seperti kredit dan pinjaman serta memberikan edukasi tentang bermacam kejahatan siber di sektor keuangan dan perbankan serta bagaimana cara untuk mencegahnya.

Kalian bisa bergabung dengan #NasabahBijak dengan cara mem-follow akun Facebook-nya, juga Twitter, Instagram maupun TikTok-nya.***

--   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RISET DAN INOVASI

Mahasiswa UNAIR Ciptakan Inovasi untuk Pencegahan dan Pengendalian Diabetes   Tim mahasiswa Universitas Airlangga [UNAIR], Surabaya, Jawa T...