HADIRNYA Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan wajah barunya diharapkan bukan hanya sebatas menjadi wahana berekspresi para pelaku seni dan budaya semata, tetapi juga menjadi wahana bagi kian terbentuknya kolaborasi antarwarga, wahana bagi peningkatan persahabatan dan komunikasi secara mutual, wahana untuk merayakan keberagaman budaya, serta wahana untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Seperti sama-sama kita ketahui, sektor pariwisata perkotaan (urban tourism) dapat menjadi salah satu sektor industri pokok yang turut menopang perekonomian sebuah kota. Jika direncanakan, dikembangkan dan dikelola dengan baik, pariwisata perkotaan bukan saja mengucurkan keuntungan devisa yang lumayan besar, tetapi juga menjadi katalis bagi pembangunan kota yang berkelanjutan.
TIM sebagai wahana untuk memajukan seni dan budaya lokal. Sumber gambar: beritasatu.com. |
Mengingat manfaatnya yang demikian besar, banyak pengelola kota di berbagai pelosok dunia memberi perhatian sangat serius bagi pengembangan sektor pariwisata perkotaan ini. Bangkok, Singapura, Kuala Lumpur dan Tokyo adalah contoh kota yang telah cukup berhasil mengembangkan pariwisata perkotaannya.
Ditopang oleh peninggalan-peninggalan sejarah, kekayaan alam lingkungan, serta seni dan budaya yang khas dan beragam, kota-kota di Indonesia sejatinya memiliki potensi lumayan besar untuk bisa mengembangkan sektor pariwisata perkotaannya. Tinggal bagaimana para pengelola kota kita dan pemangku kepentingan lainnya dapat bersinergi dengan baik untuk membuat terobosan-terobosan brilian dalam memajukan sektor pariwisata perkotaan di negeri ini.
Selain keberadaan bangunan-bangunan bersejarah, salah satu yang dapat menjadi pendorong bagi wisatawan untuk melancong ke sebuah kota adalah penyelenggaraan berbagai event seni dan budaya. Kita tahu, gelaran seni dan budaya adalah elemen penting dalam industri pariwisata perkotaan, yang bukan hanya akan memaksimalkan peluang agar terciptanya peningkatan kunjungan wisatawan, tetapi juga akan mendorong terbentuknya kolaborasi antarwarga, meningkatkan persahabatan dan komunikasi secara mutual, merayakan keberagaman budaya, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, memajukan seni dan budaya lokal, menarik investasi dan melakukan regenerasi sosial, ekonomi dan lingkungan.
Dalam konteks inilah, upaya revitalisasi TIM menjadi sangat krusial dilakukan. Kita tentu saja mengapresiasi upaya Pemerintah Provisi DKI Jakarta -- lewat PT Jakarta Propertindo (Jakpro) -- yang sekarang ini tengah mengerjakan revitalisasi TIM demi mewujudkan TIM dengan tampilan wajah baru.
Melirik sekilas ke belakang, TIM dibangun untuk menjawab keluhan para seniman karena kurangya fasilitas penyaluran bakat berkesenian di ibu kota Jakarta. Menanggapi keluhan tersebut, Gubernur DKI Jakarta yang saat itu dijabat oleh Bang Ali -- sapaan akrab Ali Sadikin -- akhirnya memutuskan untuk membangun pusat kesenian dan kebudayaan, yang kemudian diberi nama Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, yang lebih populer disebut TIM.
“Saya ingin menjadikan ibu kota Jakarta sebagai kota budaya, di mana kesenian Indonesia dapat muncul di sini," kata Bang Ali, seperti dikutip koran Kompas terbitan 11 November 1968.
Wajah baru TIM diharapkan berkontribusi bagi kian terbentuknya kolaborasi antarwarga. Sumber gambar: tribunews.com |
Kembali ke soal revitalisasi TIM, hingga akhir November 2021, progres revitalisasi TIM tahap 1, yang meliputi pembangunan Gedung Parkir, gedung Perpustakaan dan Wisma Seni serta Masjid Amir Hamzah, telah mencapai 99,04 persen.
Adapun revitalisasi tahap 2, yang meliputi Planetarium, Gedung Annex, Teater Halaman dan Graha Bhakti Budaya, progresnya telah mencapai 41,63 persen. Sedangkan revitalisasi tahap 3, berupa pengerjaan pada interior gedung-gedung yang dibangun pada tahap 1 dan tahap 2, progresnya sudah mencapai 26,08 persen.
Kita sama-sama berharap revitalisasi ini segera rampung sehingga kita semua dapat secepatnya melihat tampilan wajah baru TIM, yang bukan saja diharapkan menjadi wahana berekspresi para pelaku seni dan budaya, tetapi juga menjadi wahana terbentuknya kolaborasi antarwarga, wahana bagi peningkatan persahabatan dan komunikasi secara mutual, wahana untuk merayakan keberagaman budaya, wahana untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, wahana untuk memajukan seni dan budaya lokal, wahana menarik investasi dan melakukan regenerasi sosial, ekonomi serta lingkungan.(djk)***
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar